TUd7GSW9TpA6TSG7GUA7BSziGi==

Sinema Malam #3: Film 'Hujurat' dan Pesan Toleransi di Hari Film Nasional ke-75"*



ESSAPERS.COM / PADANG - Bioskop Minikito dan Padang Berisi[k] menggelar "Sinema Malam #3" dalam rangka memperingati Hari Film Nasional ke-75 di Minarko Andaleh pada 24 Maret 2025. Gelaran kali ini menghadirkan film berjudul "Hujurat," karya Yasir Coeg dengan arahan sutradara Bahrul Oey.


Mengusung tema besar hari film nasional "Sejuta Kisah Satu Indonesia," "Sinema Malam #3" memilih "Hujurat" sebagai sajian utama—sebuah film pendek berdurasi tujuh menit yang mengisahkan persahabatan dua pemuda berbeda etnis dan agama. Tokoh Tasamuh, pemuda Minang beragama Islam, diperankan oleh M. Khairul Husein (23), sementara Ucok, pemuda Batak beragama Kristen, diperankan oleh Habib Jatmika Imam (22).


Film ini membawa penonton menyusuri perjalanan Tasamuh dan Ucok ke Kota Bukittinggi dengan sepeda ontel, hanya berbekal satu rantang nasi pemberian sang ibu. Dalam perjalanan, sepeda mereka mengalami kendala teknis—rantai terlepas. Sementara mereka sibuk memperbaikinya, tanpa sadar Ucok meninggalkan rantang tersebut.


Konflik mencapai puncaknya ketika mereka tiba di landmark “BUKITTINGGI.” Tasamuh, yang menyadari rantang tertinggal, murka dan meninggalkan Ucok begitu saja. Dalam kebingungan, Ucok mencoba bertanya arah kepada warga, tetapi justru mengalami diskriminasi verbal karena perbedaan keyakinan.


Tasamuh, yang awalnya bersikeras dengan amarahnya, akhirnya menyesali keputusannya. Ia teringat pada ucapan sahabatnya yang sangat ingin melihat Jam Gadang dan memutuskan untuk mencarinya kembali. Dalam adegan penutup yang menyentuh, Tasamuh meminta maaf seraya mengingat nama yang diberikan ayahnya. "Seharusnyo aden mengamalkan namo nan diagiah gaek den, MUHAMMAD TASAMUH," ucapnya penuh penyesalan.


Dalam diskusi yang menyusul pemutaran film, Bioskop Minikito dan Padang Berisi[k] menghadirkan Yasir Coeg selaku pembuat film dan produser MYPRO Film, Firdaus selaku akademisi dan dosen Sosiologi Universitas PGRI Sumatera Barat (UPGRISBA), Suherman selaku manajer talent dari OG Talent Manajemen, serta Donny Eros sebagai moderator sekaligus kurator Bioskop Minikito.


Diskusi dibuka dengan pertanyaan Donny Eros kepada Yasir Coeg tentang alasan mengangkat tema toleransi. Yasir menjelaskan bahwa keresahan rekan-rekannya dari Sumatera Utara, khususnya suku Batak yang merantau ke Sumatera Barat, menjadi inspirasi utama. "Kami melihat realitas ini dari dekat. Sahabat kami yang beragama Kristen kerap merasakan tantangan beradaptasi di lingkungan baru yang mayoritas Muslim," ungkap Yasir.


Ia menegaskan bahwa toleransi adalah kunci keharmonisan dalam berbangsa dan bernegara. "Lewat film ini, kami ingin mengingatkan bahwa intoleransi hanya menciptakan sekat, sementara keberagaman adalah kekayaan yang harus dijaga," tambahnya.


Sementara itu, Firdaus menyoroti peran film dalam menyampaikan pesan sosial yang kuat. "Film adalah medium yang mampu merekam realitas, memberi wawasan, dan menghadirkan dampak nyata bagi masyarakat. ‘Hujurat’ adalah contoh bagaimana film bisa menyuarakan toleransi dalam bingkai budaya lokal," tuturnya.

Di sisi lain, Suherman menekankan pentingnya penguatan karakter dalam akting. "Penonton harus benar-benar percaya pada karakter yang ditampilkan. Jika tidak, pesan film akan sulit tersampaikan," ujarnya.


Dalam sesi akhir diskusi, Donny Eros menyoroti bagaimana keterbatasan anggaran, minimnya kru, dan jauhnya lokasi syuting justru menambah tantangan bagi tim produksi. "Mereka harus tidur di depan ruko, menggendong sepeda di Jenjang Seribu, dan menjalani produksi setiap akhir pekan selama empat pekan penuh. Menurut saya, proses produksinya lebih menarik daripada filmnya sendiri!" canda Eros, disambut tawa hangat audiens.


Eros juga mengapresiasi dukungan dari berbagai pihak, termasuk Pengelola Puncak Gagoan Solok, Pemuda Aia Batumbuk Solok, Polsek Kota Bukittinggi, serta Dishub Kota Bukittinggi, yang turut membantu kelancaran produksi "Hujurat." Ia pun berharap agar Kota Padang semakin mendukung industri kreatif lokal.


Menutup diskusi, Yasir mengajak komunitas film untuk terus berkarya. "Kini sudah ada wadah seperti Bioskop Minikito untuk menampilkan film-film lokal. Mari terus berkarya agar industri kreatif di Kota Padang semakin berkembang," pungkasnya penuh semangat. (*)

Komentar0

Type above and press Enter to search.