ESSAPERS.COM
| JAKARTA –“Negara memajukan kebudayaan
Indonesia di tengah peradaban dunia sesungguhnya amanah Pasal 32 UUD 45. Tapi
kita tak begitu memerhatikan pasal 32 yang dengan jelas tertulis upaya
memajukan kebudayaan itu”.
Demikian disampaikan Menteri
Kebudayaan RI, Fadli Zon pada acara Mendefinisikan Ulang Identitas
Keindonesiaan dan Penguatan Kinerja Riset Kebudayaan, Rabu, 18 des 2024 di
Auditorium Soemitro Djojohadikusumo, BRIN Jakarta.
“Kita perlu mereinventing usia
peradaban Indonesia melalui riset arkeologi, bahasa, dan sastra (arbasra ) .
Indonesia adalah negara besar yang sangat tua peradabannya berdasarkan bukti-
bukti arkeologis yang kita miliki seperti kehadiran lukisan dinding gua tertua
di dunia yakni lebih dari 52.000 tahun yang lalu. Indonesia harus bangga dan
menjadi terdepan dalam membangun peradaban ke depan di tengah-tengah kemajuan
teknologi” tambah Fadli Zon dalam pidato kebudayaannya di hadapan para pejabat
eselon satu, UNESCO, akademisi, seniman, sastrawan, pusat sejarah militer,
organisasi dan komunitas yang berkaitan dengan arbasra dan tokoh-tokoh budaya
lainnya.
Ia menyampaikan Organisasi riset
memberi stok kekayaan manuskrip, bahasa, karya ilmiah dll sekaligus
menyampaikan dengan kesuksesan hasil penelitian yang dilaksanakan BRIN terutama
di bidang yang ia pimpin. Karenanya momen ini kita munculkan kegiatan Memorial
Lecture, peluncuran buku antologi, pidato Kebudayaan, dan pertunjukan dramatic
reading.
Ketua Panitia, Sastri Sunarti
Sweeney menyampaikan bahwa kegiatan Pidato Kebudayaan oleh Fadli Zon dan
Memorial Lectures RP. Soedjono merupakan kegiatan refleksi akhir tahun
kebudayaan. Dengan menjelaskan siapa dan apa kegiatan Pelopor arkeologi
Indonesia Prof Dr Raden Panji Soejono akan menambah kekayaan budaya Indonesia.
Peluncuran Dua Buku
Sastri juga menyampaikan ada dua
buku yang diluncurkan yakni buku arkeologi dan soft Launching buku Antalogi
Puisi Night Fireflies. Kumpulan puisi dari sastrawan berbagai negara yang
menangkap dan menyimpan kenangan pada saat berada di tengah bencana alam di
Ranah Minang pada bulan agenda IMLF Mei 2024.
Ide menuliskan pengalaman
kebencanaan ini Sastri Sweene
y dan dieksekusi dengan cepat dan
oleh Sastri Bakry. Duo Sastri ini telah menggerakkan lima puluh enam penulis
dan sastrawan dari lima belas negara untuk memberikan tulisannya.
Acara pidato menteri kebudayaan yang
meriah tersebut kemudian ditutup dengan penampilan dramatic reading dari UIN
Jakarta, yang cukup memukau.(*)
Komentar0